Hongkong. Apa hal yang pertama kali terlintas di benakmu ketika mendengar atau membayangkan tentang negara satu ini. Kung Fu? Beberapa aktor Mandarin seperti Bruce Lee, Jackie Chan? Atau Bandar mafia seperti di film film layar lebar di TV? Khusus anak yang lahir tahun 80-90an yang pastinya paling bisa bernostalgia tentang jenis film ini kan?😁
Hongkong bisa dibilang salah satu negara berkesan yang pernah saya kunjungi sejauh ini. Karena dari 12 negara yang pernah dikunjungi, hampir semuanya negara di kawasan Asia Tenggara; yang tentu punya karakteristik yang hampir mirip-mirip, hehe😅. Yang lainnya seperti negara Jepang, Makau, India, dan Hongkong ini, yang tentu punya ciri khas yang cukup berbeda.
Pertama kali saya datang ke Hongkong di bulan Januari 2016 lalu. Waktu itu saya benar-benar merasa jadi turis polos yang baru pernah ke luar negeri, meskipun sebenarnya itu di kali kedua (Pertama kali ke LN wantu ke Jepang tahun 2014, ikut student exchange dari Program Jenesys 2.0). Saya masih keliatan celingak-celinguk kebingungan, karena perasaan deg-degan harus jalan sendiri, harus menentukan jalan kemana sendiri, tanpa tour guide atau yang biasanya kalo berangkat sama rombongan agen travel.
Pengalaman kedua kalinya ke Hongkong waktu di bulan Mei 2018, 1 hari menjelang Hari Raya Idul Fitri bersama suami. Singkat cerita, waktu itu kami berlebaran dan tinggal di Hongkong selama 1 bulan. Versi cerita panjangnya kenapa itu bisa terjadi saya tulis di halaman lain, karena ada banyak hal unik justru didapat dari pengalaman kedua ini. Dan itulah yang menjadi ide tulisan kali ini.
Pengalaman pertama ketika jalan ke Hongkong justru saya banyak lupa😅. Yang teringat sebagian besar hanya tentang objek wisatanya, kemana aja, ngapain aja. Pokoknya kenangan paling berkesannya hanya; pernah ke tempat ini dan itu. Makan ini dan itu. Belanja ini dan itu; yang identik diurusin turis yang sedang jalan-jalan aja pokoknya. Dan belum lagi, ingatan memori tentang itupun masih ingatnya hanya sepotong-sepotong😅
Maklum, masih fokus mikirin diri sendiri banget. Boro-boro mikirin hal lain, diri sendiri juga waktu itu masih sangat bekerja keras bagaimana bisa beradaptasi dengan lingkungan negara yang baru banget, dan beda banget sama Indonesia. Kelewat nggak aware sedikit, barang bisa hilang, tersesat di jalan kayak anak hilang, dllnya. Pokoknya waktu itu otak ini kayak hanya fokus diprogram untuk tujuan pleasure, jalan-jalan, jaga diri, jaga barang. Itu aja😅😁. Kesimpulannya, kesan yang diingat dari pengalaman pertama jalan ke Hongkong, hanya tentang objek dan kesenangan.
Nah, ini berbeda banget ketika kedua kalinya saya jalan ke Hongkong. Selain tentang objek-objek disana yang sudah tidak terlalu asing dan udah nggak bikin bingung, ada hal lain yang diingat dan lebih terfokuskan sama otak saya ini yang seringkali nggak fokus😁. Mungkin bisa dibilang lebih ke 'tentang perasaan mengalami'. Lebih aware tentang sekitar. Melihat-lihat kayak mana kehidupan orang-orang yang tinggal di Hongkong. Memperhatikan orang, sikapnya, pola hidupnya yang terlihat, interaksi mereka dengan orang-orang sesamanya. Minim berfoto dan selfie karena lebih asik melihat sekitar😎🚶.
Pengalaman ini membuat saya lebih merasa jadi seperti orang yang bukan liburan di Hongkong, tapi orang yang tinggal di Hongkong. Ya, karena mungkin ini terjadi karena kami memang waktu itu 1 bulan lebih berada di Hongkong. Jadi, ada lebih banyak hal yang terjadi, dan dialami. Ada fenomena kehidupan Hongkong, yang saya perhatikan dan pernah alami:
1. Biaya hidup yang tinggi
Menurut data survei dari Forbes, di tahun 2018 ini Hongkong adalah negara yang memiliki kota dengan biaya hidup paling tinggi ke-2 di Asia, dan paling tinggi ke-4 di Dunia! Serius! Hal ini salah satu penyebab mendasarnya karena dengan luas wilayah yang tidak banyak dan tidak bisa diperluas lagi tentunya, Hongkong memiliki kota yang menjadi semakin begitu padat dengan populasi penduduk yang juga semakin bertambah. Fakta satu ini menjadi kunci utama yang memberi pengaruh besar terhadap masalah lainnya di Hongkong💰💲.
2. Harga sewa hotel maupun tempat tinggal yang tidak manusiawi
Poin satu ini adalah pengalaman paling pahit yang membuat geleng-geleng kepala yang sangat sangat saya dan suami alami ketika kami tinggal di Hongkong waktu itu(bulan Juni 2018). Misalnya kamu ingin liburan ke Hongkong, berekspektasi bisa mendapatkan hotel berbintang 1 sampai 3 dengan biaya 300ribu-500ribu standarnya seperti yang ada di Indonesia, apalagi di waktu-waktu high season dan masa liburan. Itu sangat sangat mustahil! jangankan berharap bisa mendapat hotel berbintang, biaya dengan 300-500 ribu itupun tidak ada.
Pengalaman yang terjadi dan kami alami adalah, yang sepertinya saat itu masih masa-masa high season musim liburan, biaya sewa tempat menginap paling murah yang pernah kami dapat di hari pertama di Hongkong seharga 800 ribu rupiah. Itu dengan fasilitas yang sangat standar sama dengan hotel bintang 1 (tapi ini bukan hotel), seperti AC, tempat tidur 1 kamar untuk 2 orang, seprei dan bantal, dan air hangat dan kamar mandi dalam. Kondisi mirisnya: itu bukanlah hotel yang ada dalam 1 gedung hotel, tapi hanya ruang kamar yang dibuat dari 1 buah gedung flat tua bertingkat, yang di sekitarnya juga bergabung dengan ruang apartemen warga sekitar yang tinggal. Kamar hanya seukuran 3x3 meter (ataupun kurang), yang ukurannya persis hanya seukuran panjang dipan bed tempat tidurnya. Bagian lantainyapun tidak muat untuk tempat sholat. Kami sendiri sampai harus shalat sendiri-sendiri bergantian di atas bed tempat tidur.
Kami hanya bertahan 3 hari di tempat yang sama, kemudian pindah mencari tempat menginap yang baru. Berharap bisa mendapat tempat menginap yang lebih murah, atau setidaknya yang ruangannya sedikit lebih luas.
Sekilas bicara tentang harga dan apa yang didapat di Hongkong, misalnya ketika kamu ingin mencari hotel dengan fasilitas sekelas hotel bintang 3 atau 3,5 (tanpa kolam renang, hanya kamar bagus) harganya berkisar di atas 1 juta rupiah! Untuk 1 kamar, 1 hari. Kaget? Iya lah sama. Hotel harga 1 jutaan di Indonesia juga udah yang sekelas bintang 5 kali.
Sebenarnya, jika kamu bepergian ke Hongkong bukan di waktu-waktu high season atau musim liburan, atau bukan di hari weekend, kamu bisa mendapat harga sewa guest house atau yang seperti hotel melati yang seharga 300an ribu. Atau di hostel asrama yang seharga 100-200 ribuan. Tapi, bagus, bersih, dan nyamannya sangat untung-untungan sekali menurut saya. Jasi saran saya jangan sangat terlalu berekspektasi tinggi untuk hal ini. Jika di Hongkong.
Selama tinggal 1 bulan-an lebih di Hongkong, kami berpindah 4 kali di tempat yang berbeda. Pada akhirnya, kami kemudian sempat menyewa dari situs AirBnB untuk mencari kondisi kamar yang juga memiliki dapur, biar bisa menghemat biaya makan dan bisa memasak makanan enak yang sesuai selera, yang tentunya juga halal. Jadi, kami mencari yang semi-semi apartemen. Tapi yang kami dapat hanya kamar dari flat tua sebenarnya, yang juga sedang direnovasi. Harga? 30 juta per bulan. Dan itupun sudah termasuk kategori murah. Untuk level Hongkong. Gila.
Padahal, jika kamu tinggal di Malaysia, Indonesia, atau Thailand sekalipun, atau negara-negara di kawasan Asia Tenggara, atau bahkan mungkin juga ada di negara bagian lain, harga 1 buah apartement kondominium dengan fasilitas baru dan lengkap, dengan kolam renang, tempat GYM, standar harganya hanyalah 6-7 juta per bulan, bahkan bisa lebih murah lagi.
Bahkan, tulisan artikel dari salah satu situs http://internasional.kontan.co.id juga menyebutkan data bahwa untuk biaya sewa tempat tinggal di Hongkong, seseorang harus merogoh kocek sebesar US$ 6.809 atau sekitar Rp 85,11 juta untuk menyewa satu unit apartemen dua kamar tanpa furnitur selama sebulan.
Bisa kamu bayangkan bagaimana gilanya kehidupan di Hongkong? Harga mungkin oke lah ya kalo memang adanya segitu. Tapi, kalo harga segitu dengan fasilitas yang kurang memadai? Mending pindah ke lain negara dong. Apalagi ketika saya dan suami sudah merasakan pernah tinggal dan menyewa properti di beberapa negara seperti Malaysia, Thailand, Filipina dan membandingkannya dengan Hongkong ini, rasanya bikin stres memang. Hongkong is not recommended to live in. Go away!🙅.
3. Susahnya mencari daging ayam segar potong di Hongkong
Satu lagi, ini adalah pengalaman pribadi yang saya alami sendiri. Ketika kami memutuskan untuk tinggal di tempat yang memiliki dapur, jadi sayapun pergi meng-eksplor supermarket dan pasar tradisional di Hongkong untuk membeli bahan makanan. Ketika ingin membeli daging ayam; yang saya sendiri sebenarnya tidak tahu pasti apakah itu halal atau tidak; Yang pasti, ayam tidak bercampur dengan daging babi, atau penjual daging potongnya tidak menjual babi. Saya tidak menemukan daging ayam yang segar. Semua adalah daging beku, yang pastinya sudah dicampur dengan berbagai pengawet, dan sudah berwarna agak kuning, tidak berwarna segar. Waktu itu saya ingin membeli daging yang harganya murah, paling standar. Itulah yang saya dapat. Ada harga yang lebih tinggi, tapi juga sama-sama daging beku.
Sumpah, saya belum pernah ketemu dan mengalami hal kayak gini sebelumnya waktu tinggal di negara lain seperti di Thailand, Malaysia, bahkan di Filipina😰😭.
4. Biaya makan 1 orang untuk 1 kali makan minimal Rp 80.000 - 100. 000
Jika kamu seorang muslim dan mencari makanan halal di Hongkong, inilah perkiraan harganya, seperti yang pernah saya alami. Bisa juga jika kamu ingin makan di restoran franchise seperti KFC, sebagai alternatif makanan paling murah dan enak sesuai selera orang Indonesia yang dijual dan mudah didapatkan di Hongkong. Harga 1 porsi untuk paket KFC 1 orang sekitar 42 HKD atau sekitar 80 ribuan. Padahal di Indonesia hanya 20-30an ribu kan? kalo McD? Nggak beda jauh😪.
Demikian tulisan saya tentang beberapa fenomena hidup di Hongkong yang akan membuatmu terkejut. Tulisan ini saya buat sebagian besar berdasarkan dari pengalaman saya pribadi, apa yang saya pikirkan dan rasakan tentang Hongkong, dengan beberapa data pendukung yang diambil dari tulisan artikel lainya. Jadi, jika kamu menemukan informasi yang kurang tepat dari tulisan ini, silahkan komentar atau sampaikan lewat email: ameliaprima22@gmail.com ya, guys!😁🙋 Thank you for reading💖.
![]() |
Pusat Gemerlap Kota Hongkong Sumber gambar: Dokumentasi pribadi |
Hongkong bisa dibilang salah satu negara berkesan yang pernah saya kunjungi sejauh ini. Karena dari 12 negara yang pernah dikunjungi, hampir semuanya negara di kawasan Asia Tenggara; yang tentu punya karakteristik yang hampir mirip-mirip, hehe😅. Yang lainnya seperti negara Jepang, Makau, India, dan Hongkong ini, yang tentu punya ciri khas yang cukup berbeda.
Pertama kali saya datang ke Hongkong di bulan Januari 2016 lalu. Waktu itu saya benar-benar merasa jadi turis polos yang baru pernah ke luar negeri, meskipun sebenarnya itu di kali kedua (Pertama kali ke LN wantu ke Jepang tahun 2014, ikut student exchange dari Program Jenesys 2.0). Saya masih keliatan celingak-celinguk kebingungan, karena perasaan deg-degan harus jalan sendiri, harus menentukan jalan kemana sendiri, tanpa tour guide atau yang biasanya kalo berangkat sama rombongan agen travel.
Pengalaman kedua kalinya ke Hongkong waktu di bulan Mei 2018, 1 hari menjelang Hari Raya Idul Fitri bersama suami. Singkat cerita, waktu itu kami berlebaran dan tinggal di Hongkong selama 1 bulan. Versi cerita panjangnya kenapa itu bisa terjadi saya tulis di halaman lain, karena ada banyak hal unik justru didapat dari pengalaman kedua ini. Dan itulah yang menjadi ide tulisan kali ini.
💟💟💟
Maklum, masih fokus mikirin diri sendiri banget. Boro-boro mikirin hal lain, diri sendiri juga waktu itu masih sangat bekerja keras bagaimana bisa beradaptasi dengan lingkungan negara yang baru banget, dan beda banget sama Indonesia. Kelewat nggak aware sedikit, barang bisa hilang, tersesat di jalan kayak anak hilang, dllnya. Pokoknya waktu itu otak ini kayak hanya fokus diprogram untuk tujuan pleasure, jalan-jalan, jaga diri, jaga barang. Itu aja😅😁. Kesimpulannya, kesan yang diingat dari pengalaman pertama jalan ke Hongkong, hanya tentang objek dan kesenangan.
Nah, ini berbeda banget ketika kedua kalinya saya jalan ke Hongkong. Selain tentang objek-objek disana yang sudah tidak terlalu asing dan udah nggak bikin bingung, ada hal lain yang diingat dan lebih terfokuskan sama otak saya ini yang seringkali nggak fokus😁. Mungkin bisa dibilang lebih ke 'tentang perasaan mengalami'. Lebih aware tentang sekitar. Melihat-lihat kayak mana kehidupan orang-orang yang tinggal di Hongkong. Memperhatikan orang, sikapnya, pola hidupnya yang terlihat, interaksi mereka dengan orang-orang sesamanya. Minim berfoto dan selfie karena lebih asik melihat sekitar😎🚶.
Pengalaman ini membuat saya lebih merasa jadi seperti orang yang bukan liburan di Hongkong, tapi orang yang tinggal di Hongkong. Ya, karena mungkin ini terjadi karena kami memang waktu itu 1 bulan lebih berada di Hongkong. Jadi, ada lebih banyak hal yang terjadi, dan dialami. Ada fenomena kehidupan Hongkong, yang saya perhatikan dan pernah alami:
1. Biaya hidup yang tinggi
Menurut data survei dari Forbes, di tahun 2018 ini Hongkong adalah negara yang memiliki kota dengan biaya hidup paling tinggi ke-2 di Asia, dan paling tinggi ke-4 di Dunia! Serius! Hal ini salah satu penyebab mendasarnya karena dengan luas wilayah yang tidak banyak dan tidak bisa diperluas lagi tentunya, Hongkong memiliki kota yang menjadi semakin begitu padat dengan populasi penduduk yang juga semakin bertambah. Fakta satu ini menjadi kunci utama yang memberi pengaruh besar terhadap masalah lainnya di Hongkong💰💲.
2. Harga sewa hotel maupun tempat tinggal yang tidak manusiawi
Poin satu ini adalah pengalaman paling pahit yang membuat geleng-geleng kepala yang sangat sangat saya dan suami alami ketika kami tinggal di Hongkong waktu itu(bulan Juni 2018). Misalnya kamu ingin liburan ke Hongkong, berekspektasi bisa mendapatkan hotel berbintang 1 sampai 3 dengan biaya 300ribu-500ribu standarnya seperti yang ada di Indonesia, apalagi di waktu-waktu high season dan masa liburan. Itu sangat sangat mustahil! jangankan berharap bisa mendapat hotel berbintang, biaya dengan 300-500 ribu itupun tidak ada.
Pengalaman yang terjadi dan kami alami adalah, yang sepertinya saat itu masih masa-masa high season musim liburan, biaya sewa tempat menginap paling murah yang pernah kami dapat di hari pertama di Hongkong seharga 800 ribu rupiah. Itu dengan fasilitas yang sangat standar sama dengan hotel bintang 1 (tapi ini bukan hotel), seperti AC, tempat tidur 1 kamar untuk 2 orang, seprei dan bantal, dan air hangat dan kamar mandi dalam. Kondisi mirisnya: itu bukanlah hotel yang ada dalam 1 gedung hotel, tapi hanya ruang kamar yang dibuat dari 1 buah gedung flat tua bertingkat, yang di sekitarnya juga bergabung dengan ruang apartemen warga sekitar yang tinggal. Kamar hanya seukuran 3x3 meter (ataupun kurang), yang ukurannya persis hanya seukuran panjang dipan bed tempat tidurnya. Bagian lantainyapun tidak muat untuk tempat sholat. Kami sendiri sampai harus shalat sendiri-sendiri bergantian di atas bed tempat tidur.
Kami hanya bertahan 3 hari di tempat yang sama, kemudian pindah mencari tempat menginap yang baru. Berharap bisa mendapat tempat menginap yang lebih murah, atau setidaknya yang ruangannya sedikit lebih luas.
Sekilas bicara tentang harga dan apa yang didapat di Hongkong, misalnya ketika kamu ingin mencari hotel dengan fasilitas sekelas hotel bintang 3 atau 3,5 (tanpa kolam renang, hanya kamar bagus) harganya berkisar di atas 1 juta rupiah! Untuk 1 kamar, 1 hari. Kaget? Iya lah sama. Hotel harga 1 jutaan di Indonesia juga udah yang sekelas bintang 5 kali.
Sebenarnya, jika kamu bepergian ke Hongkong bukan di waktu-waktu high season atau musim liburan, atau bukan di hari weekend, kamu bisa mendapat harga sewa guest house atau yang seperti hotel melati yang seharga 300an ribu. Atau di hostel asrama yang seharga 100-200 ribuan. Tapi, bagus, bersih, dan nyamannya sangat untung-untungan sekali menurut saya. Jasi saran saya jangan sangat terlalu berekspektasi tinggi untuk hal ini. Jika di Hongkong.
Selama tinggal 1 bulan-an lebih di Hongkong, kami berpindah 4 kali di tempat yang berbeda. Pada akhirnya, kami kemudian sempat menyewa dari situs AirBnB untuk mencari kondisi kamar yang juga memiliki dapur, biar bisa menghemat biaya makan dan bisa memasak makanan enak yang sesuai selera, yang tentunya juga halal. Jadi, kami mencari yang semi-semi apartemen. Tapi yang kami dapat hanya kamar dari flat tua sebenarnya, yang juga sedang direnovasi. Harga? 30 juta per bulan. Dan itupun sudah termasuk kategori murah. Untuk level Hongkong. Gila.
Padahal, jika kamu tinggal di Malaysia, Indonesia, atau Thailand sekalipun, atau negara-negara di kawasan Asia Tenggara, atau bahkan mungkin juga ada di negara bagian lain, harga 1 buah apartement kondominium dengan fasilitas baru dan lengkap, dengan kolam renang, tempat GYM, standar harganya hanyalah 6-7 juta per bulan, bahkan bisa lebih murah lagi.
Bahkan, tulisan artikel dari salah satu situs http://internasional.kontan.co.id juga menyebutkan data bahwa untuk biaya sewa tempat tinggal di Hongkong, seseorang harus merogoh kocek sebesar US$ 6.809 atau sekitar Rp 85,11 juta untuk menyewa satu unit apartemen dua kamar tanpa furnitur selama sebulan.
Bisa kamu bayangkan bagaimana gilanya kehidupan di Hongkong? Harga mungkin oke lah ya kalo memang adanya segitu. Tapi, kalo harga segitu dengan fasilitas yang kurang memadai? Mending pindah ke lain negara dong. Apalagi ketika saya dan suami sudah merasakan pernah tinggal dan menyewa properti di beberapa negara seperti Malaysia, Thailand, Filipina dan membandingkannya dengan Hongkong ini, rasanya bikin stres memang. Hongkong is not recommended to live in. Go away!🙅.
3. Susahnya mencari daging ayam segar potong di Hongkong
Satu lagi, ini adalah pengalaman pribadi yang saya alami sendiri. Ketika kami memutuskan untuk tinggal di tempat yang memiliki dapur, jadi sayapun pergi meng-eksplor supermarket dan pasar tradisional di Hongkong untuk membeli bahan makanan. Ketika ingin membeli daging ayam; yang saya sendiri sebenarnya tidak tahu pasti apakah itu halal atau tidak; Yang pasti, ayam tidak bercampur dengan daging babi, atau penjual daging potongnya tidak menjual babi. Saya tidak menemukan daging ayam yang segar. Semua adalah daging beku, yang pastinya sudah dicampur dengan berbagai pengawet, dan sudah berwarna agak kuning, tidak berwarna segar. Waktu itu saya ingin membeli daging yang harganya murah, paling standar. Itulah yang saya dapat. Ada harga yang lebih tinggi, tapi juga sama-sama daging beku.
Sumpah, saya belum pernah ketemu dan mengalami hal kayak gini sebelumnya waktu tinggal di negara lain seperti di Thailand, Malaysia, bahkan di Filipina😰😭.
4. Biaya makan 1 orang untuk 1 kali makan minimal Rp 80.000 - 100. 000
Jika kamu seorang muslim dan mencari makanan halal di Hongkong, inilah perkiraan harganya, seperti yang pernah saya alami. Bisa juga jika kamu ingin makan di restoran franchise seperti KFC, sebagai alternatif makanan paling murah dan enak sesuai selera orang Indonesia yang dijual dan mudah didapatkan di Hongkong. Harga 1 porsi untuk paket KFC 1 orang sekitar 42 HKD atau sekitar 80 ribuan. Padahal di Indonesia hanya 20-30an ribu kan? kalo McD? Nggak beda jauh😪.
Demikian tulisan saya tentang beberapa fenomena hidup di Hongkong yang akan membuatmu terkejut. Tulisan ini saya buat sebagian besar berdasarkan dari pengalaman saya pribadi, apa yang saya pikirkan dan rasakan tentang Hongkong, dengan beberapa data pendukung yang diambil dari tulisan artikel lainya. Jadi, jika kamu menemukan informasi yang kurang tepat dari tulisan ini, silahkan komentar atau sampaikan lewat email: ameliaprima22@gmail.com ya, guys!😁🙋 Thank you for reading💖.