Pada bulan Juli 2017 lalu, saya beserta suami berencana untuk berkeliling ke negara-negara ASEAN yang kami lakukan selama 44 hari. Dimulai dari Ngurah Rai Airport Denpasar, kami terbang ke negara pertama, Singapura yang sebelumnya juga sudah beberapa kali kami kunjungi.
Singkat cerita setelah 5 hari di Singapura, kamipun melanjutkan perjalanan kedua ke Myanmar. Di Myanmar, kami tinggal di wilayah Yangon, yang merupakan kota terpadat di Myanmar.
Sebagai sebuah negara, Myanmar memiliki wilayah yang cukup luas dengan wilayah region dan negara bagian yang terbagi menjadi wilayah; Myanmar utara, selatan, barat, timur, tengah, dan bawah. Penduduk Myanmar yang tinggal di kota pada umumnya mendiami 3 kota utama, yakni; Yangon, Pagan, dan Mandalay. Selama di Myanmar, kami tinggal di wilayah Yangon, yang lokasi wilayahnya berada di wilayah selatan atau bawah (downtown) jika dilihat dalam peta. Awalnya Yangon adalah ibukota negara dari Myanmar, namun sekarang berpindah ke Naypyidaw. Meskipun demikian, Yangon merupakan kota terpadat di Myanmar.
Sebenarnya, saya sudah mulai merasa deg deg-an sejak kami memutuskan untuk berangkat pergi ke Myanmar. Alasannya, kita tahu sendiri berdasarkan isu isu yang beredar di Indonesia, informasi yang kita dapatkan mengesankan bahwa di negara ini telah terjadi konflik antar agama yang berhubungan dengan etnis Rohingya. But, this is the adventure. And we have stayed here for 3 days! Pada kenyataannya, dari apa yang kami lihat dan alami, ada banyak sisi lain yang positif dan unik dari potret kehidupan di Myanmar.
1. Cara berpakaian laki-laki Myanmar yang unik
Jika dilihat-lihat, sepertinya cara berpakaian seperti ini adalah bagian dari keseharian masyarakatnya, yang selain mereka gunakan dalam kondisi santai dan menjadi pakaian tradisionalnya atau sejenis ethnic fashion, namun juga menjadi pakaian formal atau resmi mereka.
Melihat hal ini, saya teringat dengan salah satu berita tentang pak presiden Jokowi yang pernah viral, tentang memakai sarung di dalam salah satu acara. Bicara sedikit tentang budaya, sebenarnya kita memiliki cukup banyak kesamaan dengan Myanmar. Salah satunya ini. Hanya saja, jika ada beda-beda sedikit, atau banyak yang mirip pun, itulah uniknya.
Ternyata Longyi adalah sejenis kain sarung yang biasa digunakan oleh pria ataupun wanita di Myanmar, dalam acara resmi, ataupun dalam kondisi santai sehari hari. Hanya saja, perbedaannya lebih kepada jenis Longyi yang digunakan.
Untuk acara khusus seperti acara yang resmi atau formal, Longyi yang dipakai terbuat dari bahan sutra. Biasanya kaum pria akan memadukan Longyi dengan atasan baju tradisional tanpa kerah atau baju biasanya yang modelnya lebih modern. Sementara baju atasan bagi perembuan adalah jenis blus yang dijahit membentuk pinggang yang membuat pemakainya terlihat lebih ramping. Sering juga terlihat wanita yang memakai atasan baju kaos biasa.
Longyi yang dipakai kaum pria disebut "paso", sementara yang dipakai wanita disebut "htamain", meski pada dasarnya tidak banyak perbedaan dalam cara menggunakannya, sebagaimana halnya memasang sarung di Indonesia.
Hanya saja, cara memakai Longyi para kaum pria ternyata ada 2 jenis, yaitu disebut 'cara kampung'; yang dilipat sampai lutut, dan 'cara kota'; yang kainnya dipakai sampai menyentuh kaki.
2. Tanaka, perawatan kecantikan perempuan Myanmar yang unik
Thanaka atau Tanaka, adalah sejenis bedak atau krim berwarna putih yang biasa digunakan oleh perempuan di Myanmar, baik tua maupun muda. Bedak Tanaka dibuat dari tumbuhan Thanaka yang 100 persen dibuat dari bahan alami. Berdasarkan sejarahnya, jenis make up yang sangat penting bagi wanita Myanmar ini sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun lalu.
Bahan aktif yang dikandung Tanaka adalah Coumarin dan Marmesin. Sebagai kosmetik kecantikan, Tanaka konon bermanfaat memberi sensasi dingin pada kulit dan bisa melindungi kulit dari sengatan matahari akibat cuaca di Myanmar yang biasanya panas. Makanya Tanaka juga dikenal sebagai 'bedak dingin'. Selain itu, Tanaka juga dipercaya dapat membantu menghilangkan jerawat dan membuat kulit menjadi lembut. Hmm.. Sepertinya Tanaka ini bisa disebut produk kecantikan yang all in one bagi perempuan Myanmar. Karena semua manfaatnya bisa didapat dari satu bedak Tanaka ini. Hehe. Selain umumnya digunakan oleh wanita tua maupun muda, Tanaka juga terkadang digunakan oleh para kaum pria Myanmar dan anak anak.
Sisi unik dari tradisi ini terdapat pada cara perempuan Myanmar sendiri dalam pengaplikasian bedak Tanak tersebut. Dimana-mana dan dalam berbagai kondisi, perempuan Myamnar banyak yang terlihat mengenakan bedak ini. Misalnya ibu-ibu yang sedang jalan jalan belanja ke pasar, ibu-ibu penjual di pasar yang sedang berkeliling, dan ada pula karyawan di salah satu rumah makan ayam franchise di Myanmar. Para wanita di Myanmar terlihat tidak merasa malu memakai bedak tersebut yang padahal menurut kita 'cemong' dan terlihat lucu. Mungkin bagi kita, bentuk bedak Tanaka yang seperti masker ini biasanya hanya digunakan saat di rumah dan di dalam kamar saja.
3. Kemacetan parah yang hanya terjadi di dua jalan di Yangon
Uniknya, kemacetan parah ini hanya terjadi di dua buah jalan raya yang lurus dan bersebelahan, yaitu Anawratha road dan Maha Bandula. Atau lokasinya juga sering disebut 'antara 17th street sampai 50th street', ang jaraknya sekitar 2,7 km.
Kedua street ini juga bisa dibilang nama jalan yang unik, yg merupakan nama nama jalan kecil di wilayah paling ujung selatan di Yangon, dimana area tersebut diisi oleh pemukiman rumah susun penduduk dan toko toko serta pasar seperti yang digambarkan dalam foto ini. Nama jalan tersebut terdiri dari 1st street sampai 74st street (disini gambarnya terpotong), yang jika ditempuh panjang jaraknya kira kira 6,2 km. Lumayan jauh. Membentang dari ujung barat sampai ujung timur bagian bawah wilayah Yangon.
Di daerah ini terdapat beberapa tempat penting seperti kantor pemerintahan, rumah sakit, dan objek wisata serta beberapa tempat ibadah. Di sini menurut saya terdapat pemandangan indah yaitu tempat ibadah yang berdiri tepat di pinggir jalan rayanya. Ada sebuah gereja, masjid, dan kuil pagoda yaitu Sule Pagoda yang bersebelahan. Indah bukan? Eits! jangan salfok sama nama Sule ya 😆😂.
4. Di Yangon tidak ada motor. Hanya ada mobil
Kenapa tidak ada motor di Yangon? Konon, ini karena motor adalah kendaraan yang tidak diperbolehkan disini. Saya kurang tahu alasannya. Sejauh mata memandang, hanya terlihat didominasi mobil.
Selain itu, hal unik lain dari transportasi di Myanmar adalah; posisi setir mobil yang biasanya kebanyakan di sebelah kanan, tapi jalur kendaraan di jalan juga di sebelah kanan. Tidak seperti di kebanyakan negara yang meskipun setir di sebelah kanan, tapi biasanya kendaraan diposisikan berada di sebelah kiri jalan. Unik kan?!
5. Terdapat Pagoda yang terbuat dari emas dan menjadi terbesar di dunia
Swedagon adalah pagoda yang paling terkenal. Bukan karena terbesar dan tertuanya saja, tapi karena bangunan pagoda tersebut, khususnya di bagian kubah atau stupa terbesar yang terletak paling atas, terbuat dari emas murni! 😲✨
Emas tersebut konon terdiri atas 8000an batang emas yang terdapat di bagian bawah stupa, dan 13000an batang emas di bagian stupa atasnya. Selain itu juga terdapat 5000an batu berlian yang dipasang di puncak pagoda, 2000an batu ruby, dan 1000an lonceng emas.
Hal ini membuat Swedagon juga dikenal dengan nama Golden Pagoda atau Pagoda Emas. Di Yangon, Swedagon adalah satu satunya pagoda yang memiliki warna emas yang memang terbuat dari emas asli pada bangunannya; khususnya memang hanya di bagian atas stupanya. Sedangkan pada pagoda lain selain Swedagon, hanya terbuat dari semacam tembaga atau kuningan, atau mungkin hanya dicat warna kuning keemas-emasan.
6. Masjid dan kuil pagoda yang bersebelahan
Lumayan kaget? Sama, saya juga tidak akan pernah mengetahui hal ini jika tidak pernah menginjakkan kaki ke Myanmar, dan menyaksikan sendiri hal ini. Berdasarkan informasi yang saya peroleh dari Google dan Google Map, di wilayah Yangon ternyata terdapat 13 buah masjid, dan Masjid Bengali Sunni Jameh Yangon ini adalah salah satunya.
7. Islam adalah agama terbanyak dianut kedua di Yangon, dan ketiga di Myanmar
Berdasarkan data yang saya peroleh dari Google dan Wikipedia, persentase agama di Myanmar (pada sensus tahun 2014) meliputi: Buddha 87.9%, Kristen 6.2%, Islam 4.3, Animisme 0.8%, Hindu 0.5%, Lainnya 0.2%, dan Tak Beragama 0.1% (wikipedia). Jika dilihat dari data tersebut, diketahui agama islam adalah terbesar setelah Budha dan kristen. Di Yangon sendiri, Budha adalah agama yang paling banyak dianut (9,1%) dan muslim adalah kedua terbanyak (4,7%) meskipun jumlahnya juga memang bisa dibilang minoritas.
8. Telpon genggam sebagai barang baru di Myanmar
Tapi, di Myanmar ada fenomena yang berbeda tentang perkembangan alat komunikasi ini. Di Myanmar, saat ini memang banyak masyarakatnya sudah terlihat memegang hp, khususnya yang berjenis smart phone. Namun, ternyata masyarakat Myamnar tidak pernah mengalami masa featured hp atau hp jadul sebelum smart phone. Ini konon disebabkan karena pada masa pemerintahan Myanmar sejak negaranya merdeka, mereka menutup diri dari dunia. Hingga sampai pada tahun 2011 lalu pemerintah Myanmar baru bersedia membuka diri. Dan ketika hp diperkenalkan di negaranya dan kepada masyarakatnya pada 2011 hingga saat ini, hp berjenis smartphone lah yang langsung mereka temui dan mereka gunakan sampai sekarang.
Selain itu, konon merek hp smartphone yang paling tenar dan paling banyak digunakan oleh orang Myanmar adalah hp merek Huawei, yang digunakan hampir lebih dari 50 persen masyarakatnya. Ada juga beberapa merek hp china lainnya. Tapi tidak setenar Huawei. Unik juga ya!? 😆😅
Semoga tulisan ini bermanfaat, guys!